Syair Togel Terbaik, Syair Togel Akurat, Syair Togel Melbourne, Syair Togel Singapore, Syair Togel Hongkong, Syair Togel Tertua, Bandar Togel Tertua, Komunitas Bandar Darat, Bandar Togel Ternyaman, Bandar Togel Tercepat, Forum Togel Ternyaman, Forum Togel Terbaik, Forum Togel Terpercaya

Kontroversi Film "Kucumbu Tubuh Indahku" yang Dianggap Promosikan LGBT


TemanRatu, Film terbaru karya Garin Nugroho berjudul 'Kucumbu Tubuh Indahku' yang telah tayang di berbagai bioskop Indonesia, diboikot di wilayah Depok, Jawa Barat, dikarenakan diduga mempromosikan kasus penyimpangan seksual pecinta sesama jenis 'gay' (LGBT).

Menurutnya, film yang digarapnya itu sudah lulus sensor untuk disiarkan di Tanah Air. Sebab itu, menurut Garin lembaga-lembaga terkati di pemerintahan juga harus hadir untuk memandu masyarakat agar peristiwa serupa tidak terjadi lagi.

"Institusi pemerintah dan yang lainnya harus berani dan mampu memandu masyarakat agar tidak ada penghakiman massa," katanya saat ditemui di Cilandak, Jakarta Selatan.
Sebagai sutradara, Garin mengaku bingung dengan reaksi yang ia terima. Ia mempertanyakan apakah yang memboikot filmnya telah menontonnya terlebih dulu sebelum menyerangnya.

Nah, sebelum kita ikut menghakimi karya ciptaan orang. Yuk kita simak terlebih dahulu isi dan cerita yang terdapat di filmnya berjudul 'Kucumbu Tubuh Indahku'


Film ini mengangkat narasi tentang tubuh beserta segala kompleksitasnya, dari laku hidup dan sudut pandang seorang pemuda bernama Juno (Muhammad Khan).

Juno lahir di sebuah desa kecil di Jawa Tengah yang terkenal dengan seni tari Lengger Lanag. Tari ini menitiberatkan pada penampilan penari laki-laki yang menyerupai perempuan. Para penari Lengger diharuskan meleburkan sisi maskulin dan feminin dalam satu tubuh.

Namun, perjalanan Juno dan pencarian makna dalam tuuh sekaligus hidupnya tak mudah. Ia diharuskan pindah dari satu desa ke desa lainnya karena banyaknya kekerasan yang muncul. Keadaan ini membuat Juno kian terasing, di tengaj kesepian yang sedang berusaha ia usir jauh-jauh.

Anak Kandung Konflik

Sejarah tak bisa dihapus. Luka yang pahit akan senantiasa bersemayam dalam kandung. Inilah yang dialami karakter utama Tubuh Indahku. Sejak kecil, Juno sudah hidup sendirian, tanpa kehadiran kedua orangtuanya. Ayahnya pergi meninggalkan Juno kala ia masih belum bisa mengeja satu-dua patah kata secara betul.

Tragedi kelam 1965 membuat sang ayah “terpaksa” meninggalkan Pulau Jawa guna membangun kembali hidupnya. Apa yang dialami sang ayah seperti menurun pada perjalanan hidup Juno. Kendati tak ada sangkut pautnya terhadap cap komunis, sebagaimana yang dialamatkan orang-orang dan aparat pemerintah untuk sang ayah, konflik yang dialami lebih Juno jauh lebih rumit─melibatkan dimensi sosial, politik, budaya, dan kuasa atas diri yang semuanya dibalut dalam wujud kekerasan.

Ironisnya, Juno bahkan mesti mengalaminya sejak kecil. Saat tinggal di rumah guru tari Lengger (diperankan Sujiwo Tejo), misalnya, ia menyaksikan betapa brutalnya si guru ketika membantai muridnya sendiri dengan clurit karena kedapatan mencumbu istri mudanya. Aksi sadis ini meninggalkan trauma bagi Juno sampai-sampai ia harus bersembunyi di bawah kolong meja untuk mencari rasa aman.

Belum sembuh benar trauma yang dirasakan, Juno lagi-lagi mendapati kenyataan pahit manakala ia menetap di rumah bibinya (Endah Laras). Ia dirisak teman-temannya sebab jemarinya bau tahi ayam hingga melihat guru tari yang begitu perhatian kepadanya (Winarti) digelandang warga di malam hari, dengan baju bagian atas setengah terbuka, karena dianggap meresahkan serta bertindak asusila─padahal tidak.

Waktu terus bergulir. Juno, sekali lagi, mesti berpindah tempat hidup. Kali ini, Juno menetap bersama pamannya (Fajar Suharno). Kehidupan Juno perlahan mulai tertata rapi. Ia melewati masa remaja dengan membantu sang paman yang membuka bisnis menjahit seragam pengantin.

Di sela-sela kesibukannya membantu sang paman, Juno bertemu dengan petinju desa setempat (Randy Pangalila). Pertemuan tersebut membikin perasaan Juno berdesir tak karuan. Keduanya, secara malu-malu, lantas menjalin kedekatan cukup intens dan saling menambal kerapuhan satu sama lain.

Namun, keindahan yang dirasakan Juno kemudian pupus karena tambatan hatinya ditawan para bandit setelah kalah dalam pertarungan tinju. Para bandit desa ini menganggap jagoannya sengaja mengalah sehingga menyebabkan kerugian materiil yang tak sedikit. Sebagai gantinya, para bandit menjual ginjal jagoannya sendiri.



Juno terpukul. Kesedihannya kian terasa dalam saat pamannya meninggal dengan tenang, bersandar di atas kursi kayu kesayangannya. Dan untuk keempat kalinya, Juno kembali harus berpindah tempat. Di ‘rumah’ barunya, Juno tinggal bersama orang-orang dari paguyuban seni Lengger. Dalam fase ini, Juno menyelami lebih jauh tari Lengger. Akan tetapi, konflik masih muncul, dengan skala yang lebih masif karena melibatkan aparat pemerintah berwujud bupati (Rifnu Wikana) yang sedang bertarung dalam kontestasi Pilkada.

Bagi sang petahana, Juno adalah jimat kemenangan. Sang bupati begitu percaya hal-hal mistis. Di samping itu, sang bupati nyatanya memendam perasaan kepada sosok Juno. Juno paham bahwa ia sedang diperalat. Maka dari itu, Juno memutuskan mencari perlindungan kepada seorang warok (Whani Darmawan).

Murka melihat dirinya ditolak Juno, sang bupati pun meluncurkan aksi balas dendam: menghancurkan paguyuban seni Lengger. Empat fragmen di atas merupakan cara Garin menuturkan dan meramu tiap konflik dalam Tubuh Indahku. Masing-masing fragmen memuat cerita, tokoh, dan konfliknya sendiri.

Dalam setiap transisi babak, Garin menampilkan narator (dimainkan Rianto, penari Lengger yang jadi inspirasi dalam Tubuh Indahku) yang akan menceritakan secuil pengantar. Tubuh adalah hasrat; tubuh adalah senja; tubuh adalah alam; dan tubuh adalah padang perang Kurusetra─merupakan narasi yang selalu ditekankan oleh sang narator.

Lewat sosok Juno, Garin sebetulnya ingin berbicara tentang hal yang mendasar dalam hidup: berkuasa atas tubuh sendiri. Bagi sebagian orang, perkara ini tentu dianggap mudah. Namun, realitanya, tidak dengan orang-orang seperti Juno yang sejak kecil sudah bertarung dengan trauma yang berat.

Persoalan mengenai tubuh, dalam perspektif Tubuh Indahku, akan menjadi rumit ketika ia menghadapi lingkungan yang konservatif, adat masyarakat yang keras, kemiskinan, hingga elit politik yang bebalnya luar biasa. Juno berada di tengah lingkaran itu sehingga membuatnya sulit berkuasa atas tubuhnya sendiri.

Berkali-kali Juno merasa gagal melindungi─dan berkuasa─atas tubuhnya sendiri. Dan berkali-kali pula, sebagai konsekuensinya, ia akan sengaja melukai tubuhnya agar ia mampu merasakan sakit yang sebenarnya. Saya hampir tidak menemukan celah yang berarti dalam penggarapan Tubuh Indahku. Konflik dijahit sedemikian rapi, lubang cerita yang tak perlu dapat diantisipasi dengan baik, serta penggunaan simbol-simbol juga mudah dipahami secara jelas.

Bagikan:

0 Komentar:

Post a Comment





banner



Copyright © Teman Ratu | Syair Togel Terbaik, Forum Togel Ternyaman, dan Komunitas Bandar Darat Togel | Powered by Blogger Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com